Ketika tugas dan
pekerjaan terus berdatangan, membuat penat tak karuan, kayanya kamu sedang
butuh liburan. Jangan sungkan-sungkan. Hentikan sejenak apa yang sedang kamu
kerjakan. Biarkan suasana baru merefresh otakmu. Jika kamu bingung pilih tempat
liburan, Kota Yogyakarta bisa masuk daftar pilihan.
Jika kamu ke Yogyakarta,
kamu harus ingat satu hal. Sekarang sudah zaman digital. Liburan tiada seru
tanpa menggenggam ponsel pintar andal. Ya, sebuah benda yang akan membuat
foto-foto liburanmu tampil apik di galeri media sosial. Eitts, sebelum di posting boleh lah pakai tagar #SEJUTABUDAYAJOGJA.
***
Kota
di Indonesia yang telah lama menjadi sorotan publik selain Bali adalah
Yogyakarta. Keberadaannya yang istimewa masih menganut sistem kerajaan menjadi
salah satu penyebab masyarakat berbondong-bondong datang ke Kota ini. Agar
liburanmu makin istimewa, sebaiknya kamu unduh aplikasi Jogja Istimewa yang
diluncurkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika terlebih dahulu. Aplikasi ini
memuat berbagai informasi yang cocok bagi para traveler.
Namun
sebelum berkeliling Yogyakarta, sebaiknya kalian harus tahu mengenai sumbu
filosofinya terlebih dahulu.
Terlihat
dari gambar diatas keratin menjadi pusatnya. Apabila dirinci Panggung Krapyak
mempresentasikan asal muasal manusia untuk berproses menuju eksistensi. Sedangkan
Tugu – Keraton merepresentasikan manusia yang eksis berproses untuk menjalankan
kehidupannya. Proses itu untuk mendapatkan kehidupan dalam Jalan Keutamaan,
Jalan Kesejahteraan, Jalan Kemuliaan, dan mampu membebaskan diri dari berbagai
halangan, godaan, serta nafsu angkara murka. Manunggaling Kawula – Gusti atau kesatupaduan antara Kawula dan Gusti atau antara rakyat dan raja (mikrokosmos) serta antara manusia dengan Tuhan (makrokosmos) dapat menjadi jalan
kehidupan yang baik terutama dalam tataran untuk selalu menjalankan konsep
hamemayu hayuning bawana. Makna konsep itu yaitu memperindah kehidupan di dunia
atau menjaga kehidupan dunia secara baik.
Oleh karena itu, hingga
saat ini Kota Yogyakarta terkenal dengan berbagai predikatnya,
seperti kota pelajar, kota budaya, dan juga kota wisata. Kawasan Malioboro yang terletak di pusat Kota
Yogyakarta menjadi salah satu tempat favorit yang dikunjungi oleh wisatawan
lokal maupun mancanegara.
Mau Keliling Jogja tetapi
tidak tahu budaya lokal apa saja yang ada di kota ini? Belum? Ihh parahh sihh. Nihh,
saya kasih tahu budaya lokal yang ada di Kota Yogyakarta dan bagaimana cara
melestarikannya dengan simple, yuk
simak!!
Andong
merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang mendukung kegiatan
wisata di kawasan Malioboro. Pada tahun 1960-an, sebelum ada angkutan umum,
andong dijadikan sebagai alat transportasi di Yogyakarta. Seiring berkembangnya
zaman, Kota Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Wisata yang kemudian sejak 1970-an
andong kemudian dijadikan alat transportasi pariwisata. Pada saat itu lah
kemudian banyak bermunculan pengusaha andong. Satu orang ada yang sampai
memiliki 10 andong untuk disewakan. Pada tahun 1990, jumlah andong yang
tercatat di Yogyakarta mencapai sekitar 700 buah. Akan tetapi, jumlah tersebut
terus menurun hingga sekarang hanya terdapat sekitar 497 buah. Penurunan jumlah
andong dari dulu hingga sekarang dipengaruhi oleh adanya kemajuan transportasi
yang semakin modern dengan bertambahnya jumlah angkutan umum yang lebih cepat
dan efisien.
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini juga sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlah andong
yang ada. Perubahan tersebut membuat keberadaan andong semakin tersingkirkan. Jika
hal ini dibiarkan, implikasi yang muncul adalah pada masa mendatang masyarakat
tidak dapat mengetahui dan mengenali lagi asal usul budaya dan keunikan dari
andong. Padahal andong merupakan salah satu icon
transportasi dan wisata di Yogyakarta. Menolak teknologi informasi dan
komunikasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena itu, yang dibutuhkan adalah strategi untuk
meningkatkan eksistensi andong di era saat ini. Strategi yang harus dijalankan
adalah memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dengan
menambahkan fitur gendong atau pemesanan andong secara online pada Aplikasi Jogja Istimewa sehingga bisa lebih efektif dan
efisien.
Selain
itu, peran generasi milenial juga diperlukan. Generasi milenial adalah kita,
iya kita. Generasi yang muncul bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi harus bisa menjadi peran utama. Tagar #sejutabudayaJogja dan
#naikdong bisa menjadi solusi alternatif sebagai gerakan di dunia maya untuk
memperkenalkan transportasi andong ke masyarakat luas.
Ada yang tau? iya gimana?
Ngga tau juga? Hadehh -___-
Angkringan merupakan simbol keramahan wisata
kuliner di Yogyakarta. Angkringan berasal dari kata angkring atau nangkring
yang menyuguhkan berbagai kuliner Yogyakarta. Kekhasan yang ditawarkan
angkringan berasal dari etimologi angkringan itu sendiri yang menunjukkan sikap
dalam angkringan, yaitu “methangkring
sikile” yang mengisyaratkan kebebasan, keramahan, dan kehangatan yang
tercipta dalam angkringan.
Daya tarik yang
ditawarkan dari angkringan terdapat pada konsep dan falsafahnya. Keduanya ditawarkan
dengan mengkaitkan angkringan sebagai suatu sarana untuk dapat menikmati
suasana Kota Yogyakarta melalui wisata kulinernya. Angkringan-angkringan yang
berdiri ditempat tertentu membentuk suatu image
yang kemudian berkembang menjadi suatu citra historis angkringan dan historical place. Salah satu contohnya
adalah angkringan Lik Man dengan Kopi Joss sebagai icon angkringannya.
Di era sekarang ini
banyak ditemukan inovasi dan variasi angkringan demi meningkatkan penjualan.
Akan tetapi, nilai dan konsep yang sebenarnya ada pada angkringan semakin
memudar. Jika hal ini dibiarkan generasi mendatang akan bingung dan menimbulkan
berbagai perspektif. Oleh karena itu diperlukan langkah strategis oleh beberapa
stakeholder. Pemerintah bersama
budayawan dapat melakukan riset terhadap angkringan yang memiliki nilai dan
konsep yang asli. Selanjutnya,
angkringan tersebut ditandai sedemikian rupa agar diketahui oleh publik. Generasi
milenial yang tidak bisa lepas dari smartphone
dapat mempublikasikan hasil jepretan mereka saat nangkring ke media sosial dengan tagar #sejutabudayaJogja dan
#nangkringyuk.
Nahh
itulah sedikit budaya lokal yang perlu kamu ketahui dan dilestarikan dari
jutaan budaya yang ada di Yogyakarta. Kalau kamu menemukan sebuah budaya lokal baik
berupa cagar, bangunan, makanan, tarian, kegiatan, dan yang lainnya jangan lupa
di posting di media sosial dengan tagar
#sejutabudayaJogja agar masyarakat luar tahu. Jika tahu mereka akan penasaran
dan berbondong-bondong dating ke Jogja. Bagi pemerintah, bisa memasang jaringan
internet di setiap sudut Kota Yogyakarta supaya masyarakat terutama generasi
milenial dapat dengan mudah dalam mempromosikannya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Pagelaran TIK yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019
Referensi:
B12ama. 2016. Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta.
Diakses di https://dejogjaku.blogspot.com/2016/09/jogja-kota-yang-penuh-makna.html.
Pada 2 September 2019 pukul 18.30 Wib
Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY. 2017. Sumbu
Filosofis Kota Yogyakarta. Diakses di https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/sumbu-filosofis-kota-yogyakarta/.
pada 2 September 2019 pukul 19.00 Wib
Murdiyastomo, H. Y. Agus.
2017. Budaya Lokal dalam Perkembangan Pariwisata di Yogyakarta. Yogyakarta:
Ilmu Sejarah FIS UNY
Media gambar diolah oleh penulis
dengan mengambil gambar yang sudah dicantumkan pada gambar
Video diambil dari Channel Youtube Gamatechno
Komentar
Posting Komentar