Langsung ke konten utama

REFINERY GARAM DAN SISTEM LAHAN TERTUTUP DENGAN MEREVITALISASI DANA DESA GUNA MEWUJUDKAN SWASEMBADA GARAM YANG BERKELANJUTAN




Garam adalah suatu bahan kimia yang penting karena dibutuhkan dalam berbagai sektor, baik sektor rumah tangga ataupun sektor industri. Kebutuhan garam nasional pada tahun 2018 menurut data KPP sebanyak 4,2 juta ton yang terdiri atas kebutuhan garam industri dan garam konsumsi (Pratama, 2018). Sedangkan pada tahun yang sama produksi garam hanya 2,71 juta ton (Ambari, 2019). Permasalahan yang timbul saat ini bahwa produksi garam kurang menutupi kebutuhan garam nasional. Selain itu, kurangnya kualitas dan kuantitas produksi garam terhadap kebutuhan garam nasional, seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri. Sebagai negara kepulauan, setiap daerah di Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi garam. Bahkan, Indonesia berpeluang besar karena memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.


Disisi lain, adanya dana desa membawa angin segar bagi daerah-daerah di Indonesia. Hal ini merupakan perwujudan dari pemerintah dengan nawacita membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Pada tahun 2017 jumlah anggaran meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 60 triliun rupiah (Indrawarti, 2017). Namun, sudah optimalkah pemanfaatan dana desa tersebut?
Terbukti, dana desa terbukti telah menghasilkan berbagai macam sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat seperti jalan raya, jembatan, sambungan air, embung desa, pasar desa, paud desa, hingga drainase dan irigasi. Hal tersebut membuat kita percaya bahwa dana desa berhasil membawa perubahan pada infrastruktur. Hal ini menjadi potensi bahwa dana desa bisa juga dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan adanya potensi diatas, Indonesia sebenarnya sudah memadai untuk melakukan swasembada garam. Dalam konteks pemenuhan kebutuhan garam nasional sehingga dimungkinkan untuk mampu memenuhi kebutuhan garam nasionalnya dan bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu negara eksportir garam terbesar di dunia. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan refinery garam dan sistem lahan tertutup dengan merevitalisasi dana desa.


Refinery garam adalah proses pengolahan untuk menghasilkan garam yang berkualitas (Sulistyono, 2015). Pada proses ini bahan baku garam mula-mula dicuci, seperti pada proses garam cuci, kemudian dilanjutkan dengan melarutkannya ke dalam air tawar, untuk mengendapkan semua kotoran yang masih tersisa, selanjutnya larutan ini difilter atau disaring untuk menghasilkan larutan air garam yang bersih dan jernih. Larutan air garam yang sudah bersih dan jernih inilah yang dikristalkan kembali menggunakan teknologi vacum modern menjadi butiran-butiran garam yang putih, halus dan bersih. Setelah itu baru dilakukan proses penambahan Iodium (Yodium). Sehingga mampu menghasilkan produksi garam yang lebih besar dan berkualitas dalam waktu yang singkat. 
Sejauh ini, pengolahan garam masih dilakukan tergantung cuaca, sehingga membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang untuk menghasilkan garam yang siap pakai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, teknologi lahan garam sistem tertutup dengan model yang dikembangkan, yaitu model prisma, tunnel, dan on off. Cara ini dikembangkan, karena dengan sistem tertutup, produksi garam bisa berlangsung sepanjang tahun, walaupun musim hujan. Meski tertutup, dalam ruang yang tertutup tetap ada panas sehingga proses kristalisasi tetap dapat terjadi (Komala, 2018).
Apa kaitannya dengan dana desa? Dana desa digunakan sebagai sumber investasi utama sebagai pembangunan refinery dan teknologi lahan garam sistem tertutup dengan model yang dikembangkan. Desa tersebut merupakan desa yang berada disekitar pantai dan berpotensi untuk dikembangkan untuk produksi garam. Keuntungan yang didapat dari hal ini adalah garam yang berkualitas, proses produksi efektif dan efisien, serta menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Untuk tahap awal pembangunan refinery dan teknologi lahan garam sistem tertutup dapat dilakukan di satu sampai dua desa di berbagai provinsi di Indonesia sebagai percontohan awal.
Jika di setiap provinisi ada, setidaknya dapat mengatasi sebuah persoalan kondisi geografis wilayah Indonesia pada proses distribusi garam sebelumnya yang tidak merata. Hal ini sangat berpengaruh terhadap penentuan biaya produksi garam yang dikenakan produsen kepada konsumen garam untuk setiap daerah dan untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah guna menyamaratakan biaya produksi sehingga supply dan demand garam tidak terkendala kondisi geografis.


Dalam pembangunan refinery dan teknologi lahan garam sistem tertutup memerlukan koordinasi dan integrasi kebijakan yang sangat intensif untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai. Koordinasi sinergi pengembangan diperlukan dalam kerangka kerja sama dan dukungan lintas sektor atau lintas kementerian. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, serta Pemerintah Daerah. Stakeholder tersebut berperan merumuskan kebijakan, memberi dukungan, administrasi, anggaran dana desa, mengkoordinator serta mengawasi pelaksanaan. Stakeholder lain yang terlibat adalah masyarakat sebagai pihak utama yang berperan strategis dalam proses swasembada garam.
Refinery garam dan sistem lahan tertutup dengan merevitalisasi dana desa diharapkan berguna menunjang peningkatan hasil produksi garam lokal yang berkualitas. Dengan demikian kebutuhan garam nasional dapat terpenuhi secara swasembada dan Indonesia mampu menjadi salah satu negara eksportir garam terbesar di dunia.



REFERENSI
Pratama, A. M. (2018, Agustus 14). Kebutuhan Garam Nasional Capai 4,2 Juta Ton Per Tahun. Retrieved May 30, 2019, from Kompas.com: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/204555326/kebutuhan-garam-nasional-capai-42-juta-ton-per-tahun
Ambari, M. (2019, March 4). Kuota Impor untuk 2019 Seharusnya Tidak Tinggi. Retrieved May 30, 2019, from Mongabay.co.id: https://www.mongabay.co.id/2019/03/04/kuota-impor-untuk-2019-seharusnya-tidak-tinggi/
Indrawarti, S. M. (2017). Buku Saku Dana Desa 2017. Jakarta: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan.
Sulistyono, E. (2015, October 20). Mewujudkan Garam Nasional yang Berswasembada. Retrieved May 30, 2019, from kemenkeu.go.id: https://www.kemenkeu.go.id/media/4398/mewujudkan-garam-nasional-yang-berswasembada.pdf
Komala, W. (2018, February 21). Kementerian Kelautan Kembangkan Pembuatan Garam Sistem Tertutup. Retrieved May 30, 2019, from kkp.go.id: https://kkp.go.id/brsdm/puslatluh/artikel/2496-kementerian-kelautan-kembangkan-pembuatan-garam-sistem-tertutup

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402) Teman yang Cocok Bagi Digital Nomad

  Cepat, tangguh, dan nyaman, ketiga hal tersebut menjadi modal utama yang dibutuhkan oleh digital nomad. Apa itu digital nomad? Digital nomad adalah seseorang yang melakukan pekerjaan di mana ruang dan waktu tidak lagi menjadi penentu. Supaya tetap produktif, tentunya dalam bekerja diperlukan teman yang didukung dengan kualitas mantap. Teman yang bisa serba cepat, tangguh, dan nyaman menemani dalam bekerja. Ya, ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402) atau singkatnya bisa disebut ExpertBook B3 Flip sebuah mahakarya terbaru dari ASUS sangat cocok dijadikan teman digital nomad dalam bekerja. *** Transformasi digital sudah mulai mendarah daging bagi banyak kalangan, Covid-19 mempercepat perubahan sosial dari konvensional ke digital.  Era digital memang memudahkan segala hal dan melahirkan pola sosial baru, seperti lahirnya d igital nomad yang semakin bertambah seiiring berjalannya kemajuan teknologi, mungkin Anda salah satunya? Bekerja saat ini tidak hanya dilakukan di kantor dan gedun...

ANTI RESAH SAAT BERKENDARA DENGAN ASURANSI KENDARAAN

Keamanan dan kenyamanan merupakan suatu hal yang diinginkan oleh semua pengendara. Bukan hanya keamanan bagi dirinya, tetapi juga keamanan bagi kendaraan yang dinaikkinya. Namun sayangnya, meskipun sudah berhati-hati, kecelakaan terkadang sulit untuk dihindari pengendara terutama di kawasan perkotaan. Hal ini melihat data selama dua bulan terakhir terjadi 92 kecelakaan di Kota Kediri, 163 kasus kecelakaan yang dicatat oleh Polda Metro Jaya selama Operasi Ketupat Jaya 2022, dan telah terjadi 2.945 kecelakaan lalu lintas saat lebaran kemarin. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari mengantuk, tergelincir, rem blong, dan hal-hal lain yang terduga. Oleh karena itu, untuk mengurangi kerugian material akibat kecelakaan diperlukan mitigasi risiko. Seperti sebuah pepatah tua di negeri ini yang mengatakan sedialah payung sebelum hujan. Lantas bagaimana cara mitigasi risiko tersebut? Salah satu caranya melengkapi kendaraannya dengan asuransi untuk kendaraan bermotor. Mungkin saat ini masih belum...

MENUJU IBU KOTA MASA DEPAN DENGAN ENAM INDIKATOR SMART CITY

Isu pemindahan ibu kota kian sering didengungkan di berbagai media massa. Bersamaan dengan itu, media juga memberitakan kondisi Jakarta yang kian memprihatinkan dengan berbagai masalah yang terus berdatangan. Dari kemacetan, kepadatan penduduk, masalah air bersih, sampai polusi yang mengancam kesehatan. Hal ini membuat Ibu Kota Jakarta semakin tidak layak huni. Pasalnya, semakin banyak penyakit yang datang menghinggapi warganya setiap hari. Namun, pemindahan ibu kota bukanlah ide reaktif yang semata-mata berangkat dari permasalahan Ibu Kota Jakarta. Usulan agenda pemindahan ibu kota merupakan bagian dari isi visi Indonesia 2033 dan sudah masuk dalam RPJMN 2020-2024. Selain itu, mewujudkan nilai prinsip, soal pemerataan, keadilan, dan keseimbangan pembangunan agar mengubah mindset dari Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris. Ibu kota perlu dipindah agar setiap pemerintahan di masa yang akan datang bisa melangkah konsisten, terhindar dari berbagai langkah paradoks dalam mencapai...